KHUTBAH JUMAT SIKAP MENGHADAPI NIKMAT

Image

Masjid Al-Fajr foto oleh A. Rozak Abuhasan

English: A green version of http://commons.wik...

English: A green version of http://commons.wikimedia.org/wiki/Image:Allah-eser2.jpg (Photo credit: Wikipedia)

 

 

 

 

 

 

SIKAP MENGHADAPI NIKMAT

SUMBER:
oleh Nur`l Yaqin

Di edit ulang untuk Khutbah Jumat / Tausiyah

Oleh :

H.A. ROZAK ABUHASAN, MBA                                                    http://arozakabuhasan.wordpress.com/ 2012-04-06

KHUTBAH PERTAMA
اَلْحَمْدُِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُبِااللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وِمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللّهُمَّ صَلِّى عَلىَ مُحَمَّد وَعَلَى آلِهِ وَصَحـْبِهِ اَجْمَعِيْنَ.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا 4:1
أَمَّا بَعْدُ؛

Kaum muslimin jamaah jumat masjid Al-Fajr rahimakumullah Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Kepada-Nyalah kita bersyukur atas limpahan kenikmatan yang tak pernah berhenti dikucurkan-Nya kepada kita. Dialah Allah Azza wa Jalla yang telah memberikan nikmat keimanan, rezeki dan kesehatan kepada kita.
Dialah pula yang telah menyisipkan hidayah dalam hati kita, yang dengan hidayah tersebut, Allah SWT telah menggerakkan hati kita untuk melangkahkan kaki kita menuju masjid ini. Sehingga kita bisa berkumpul bersama untuk menunaikan kewajiban kita sebagai seorang muslim, yaitu melaksanakan shalat Jum’at dan mendengarkan khutbah Jum’at yang merupakan bagian tak terpisahkan dari pelaksanaan ibadah shalat Jum’at ini.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah terakhir Muhammad shallaLlahu alayhi wa sallam. Semoga kecintaan kita kepada beliau SAW, dapat mempertemukan kita dengannya nanti di syurga, bersama dengan para Nabiyyin, shiddiqin, syuhadaa’ dan shalihin.
Ikhwatal Iman rahimakumullah… jamaah shalat jum’at yang berbahagia. Selanjutnya, izinkanlah khatib mengingatkan kita semua termasuk diri khotib sendiri untuk senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Karena tidak ada bekal terbaik yang dapat menyelamatkan kita dalam kehidupan di dunia dan akhirat kelak kecuali taqwa.
Tidak ada pula derajat kemuliaan yang pantas disematkan kepada seseorang kecuali derajat ketaqwaan… Inna akramakum indallahi atqakum… Dengan taqwa kepada Allah inilah kita berupaya menjalani kehidupan sehari-hari kita.

Ikhwatal Iman rahimakumullah… jamaah shalat jum’at yang berbahagia.

Katakanlah: Jika sekiranya lautan menjadi tinta untuk menuliskan perkataan Tuhanku (maksudnya nikmat, rahmat dll), niscaya lautan itu menjadi kering sebelum habis perkataan (nikmat) Tuhanku dituliskan, walaupun kamu datangkan sebanyak itu pula (tinta) tambahannya. ( Al Kahfi : 109 )

Ikhwatal Iman rahimakumullah…
Tidak ada satu mesin komputer mutakhir yang mampu mencatat berapa banyak nikmat yang dikaruniakan Allah SWT kepada manusia.
Pada ayat yang dikutip diatas, dilukiskan oleh Allah dengan memakai kata-kata kiasan (perbandingan), bahwa kalaupun air laut dijadikan tinta untuk mencatat nikmat itu, maka lautan itu akan kering lebih dahulu, sedang nikmat itu masih belum tercatat seluruhnya.

Pada ayat yang lain ditegaskan oleh Tuhan :
Artinya : “Kalau kamu hitung nikmat Tuhan itu, niscaya tidak dapat kamu menghitungnya “ (Ibrahim 34)
Dalam suatu Hadits digambarkan oleh Rasulullah tentang rahmat (nikmat) itu, sebagai berikut :

Artinya : “Sesungguhnya Allah SWT memiliki 100 rahmat (nikmat) satu rahmat dari padanya diturunkan Nya dan dibagi-bagi diantara jin, manusia, hewan-hewan besar dan kecil. Dengan rahmat yang satu itu, semua makhluk tersebut. Saling sayang menyayangi dan kasih mengasihi. Dengan rahmat yang satu itulah seekor keledai liar menyayangi anaknya.
Adapun rahmat yang 99 lagi disediakan Tuhan buat kehidupan di akhirat.
Dengan rahmat yang 99 itulah Tuhan akan mengasihi hambaNya pada hari kiamat”. (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Secara mathematika digambarkan pada hadist tersebut, bahwa nikmat yang dirasakan dan dilihat oleh manusia didunia ini, kekayaan negara dan alam, berupa tambang emas, tambang perak, tambang minyak, mutiara dilaut, karet, tembakau, kopi dan hasil-hasil bumi lainnya, harta milik kaum multi-millioner dan lain-lain sebagainya. Semua itu barulah 1 % dari nikmat-nikmat yang dimiliki Tuhan.
Itupun hanya sekedar hitungan yang gampang untuk menanggapinya.
Oleh sebab itu dapatlah disimpulkan, bahwa nikmat dilimpahkan Tuhan kepada makhluq, terutama umat manusia, melimpah ruah.

Bagaimanakah sikapjiwa manusia menghadapi nikmat itu ? Dalam Al Qur’an sendiri dikemukakan tiga macam sikap jiwa manusia dalam menghadapi nikmat yang diterimanya. Pertama, sikap yang kufur (membangkang), kedua bersikap syukur, ketiga bersikap seperti baling-baling yang terpancang diatas bukit.
Marilah kita uraikan secara singkat ketiga sikap jiwa itu satu demi satu.

1) Sikap Kufur
Banyak manusia yang mendapat nikmat yang melimpah ruah. Berupa kekayaan, kekuasaan, wewenang dll. Akan tetapi, nikmat itu hanyalah semakin menjauhkan dirinya dari ridha illahi. Kekayaan itu dipergunakannya untuk melampiaskan hawa nafsunya, berfoya-foya, menghabiskan waktunya ditempat maksiat bercumbu dengan wanita cantik, berzina, meminum minuman yang diharamkan, ekstasi, berjudi dan lain-lain sebagainya. Atau kalau mendapat nikmat berupa kekuasaan dan wewenang. Maka hak-hak itu dipergunakannya untuk memperkosa hak-hak orang lain. Nikmat yang melimpah ruah itu membuatnya menjadi sombong, angkuh, takabbur. Pada hakekatnya, nikmat itu adalah semacam cobaan terhadap seseorang sampai dimana dia dapat mengenal dan mengendalikan dirinya.
Allah berfirman : Artinya :  “…. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”. (Al-Anbiya` 021:35)

Dalam hubungan inilah perlunya norma-norma dan ukuran keagamaan yang selalu memberikan bimbingan dan pedoman kepada manusia dalam menghadapi setiap keadaan dan situasi. Tanpa bimbingan dan pedoman itu, tak obahnya seperti kapal yang kehilangan kemudi di tengah-tengah lautan, dan akhirnya karam dan tenggelam ke dasar laut.

Mempergunakan nikmat yang dikaruniakan Tuhan itu untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dimurkai Ilahi adalah satu sikap menantang, membangkang, yang dalam istilah akidah dinamakan Kufur.
Sejarah selalu menunjukkan, bahwa orang-orang yang bersikap kufur itu pada umumnya akan menerima pembalasan dalam kehidupan di dunia ini. Kadang-kadang merupakan kejatuhan, ditimpa musibah dan malapetaka yang bertubi-tubi, kegoncangan dalam kehidupan, dan di akhirat kelak, orang-orang yang kufur nikamt itu akan mendapat azab Ilahi.

2) Sikap Syukur
Adapun manusia golongan (macam) kedua ialah yang menunjukkan sikap syukur ketika mendapat nikmat. Dia merasa wajib menyatakan syukur itu sebagai ucapan terima kasih. Sedangkan sesama manusia yang memberikan sesuatu pertolongan dirasakan perlu mengucapkan terima kasih. apa lagi kepada Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan nikmat yang tidak terhitung jumlahnya.
Tatacara bersyukur ini diwujudkan dalam bentuk ta’at kepada Allah dan mendekatkan diri (taqarrub) kepadaNya, mengerjakan ibadah dan amal-amal, melaksanakan kebajikan-kebajikan yang diridhaiNya dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang dimurkaiNya.

Apabila mendapat nikmat kekuasaan dan wewenang dan yang seumpamanya maka kekuasaan dan wewenang itu hendaklah dipergunakan untuk menegakkan keadilan, menolong orang-orang yang lemah dan teraniaya, membangun sarana-sarana yang bermanfa’at kepada umum. Seperti berpartisipasi untuk mendirikan bangunan-bangunan yang bersifat sosial, rumah-rumah sakit, sekolah-sekolah, masjid-masjid dan amal-amal kebajikan lainnya.

Haruslah diyakini, bahwa pemberian (pengeluaran) yang disumbangkan itu tidak berarti berkurang, tapi Insya Allah (kalau niatnya ikhlas) pasti bertambah dalam bentuk-bentuk yang lain, seperti yang dinyatakan dalam Al Qur’an :
Artinya : “ Jika kamu bersyukur, maka Aku (Allah) akan menambah (nikmat) itu kepada kamu, dan kalau kamu membangkang (kufur), maka sesungguhnya siksaKu sangat pedih.” (Ibrahim :7)

Selain dari itu, apabila ditimpa musibah, bencana, kesukaran dan yang seumpamanya, hendaklah berlaku sabar, menghadapi peristiwa-peristiwa itu dengan hati yang tabah. Jangan berkeluh kesah, menggerutu, menyesali nasib untung dan takdir. Hendaklah selalu bersikap optimistis, sebab dibelakang kesulitan pasti ada kelapangan, sesudah hujan, matahari akan memancarkan sinarnya kembali, “sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS.Alam Nasyrah 94:5 dan 6)

Allah SWT akan memberikan kelapangan kepada orang-orang yang sabar, seperti yang dinyatakan dalam Al Qur’an : Artinya : “ Dan akan kami berikan kepada orang-orang yang sabar itu pembalasan, menurut yang telah mereka kerjakan dengan sebaik-baiknya ” (An Nahl : 96).

Sikap sabar itu bukan saja ditunjukkan dalam bencana yang mengenai kehidupan, tapi juga sabar dalam menghadapi perjuangan.
Contohnya ialah kesabaran kaum Muslimin dizaman Rasulullah menghadapi perjuangan melawan kaum musyrikin / munafikin dalam peperangan Ahzab, yang mempunyai kekuatan dan senjata yang berlipat ganda. Dengan sikap sabar itu, akhirnya Tuhan memberikan pertolongan dan kemenangan kepada kaum Muslimin. Tatkala menghadapi pasukan yang kuat itu, kaum Muslimin tidak kecut, malah sebaliknya semakin bertambah keimanan mereka, seperti yang dilukiskan dalam Al Qur’an : (QS Al-Ahzab : 22)

dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata : “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya[1207] kepada kita”. dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.
[1207] Yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya itu ialah kemenangan sesudah mengalami kesukaran.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي
وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ لله رَبّ الْعَالَمِيْنَ، وَأَشْهًدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلِيِّ الصَّالِحِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا خَاتَمُ الأَنْبِيًاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، اَلّلهُمّ صَلِّي عَلَى مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمّد كَمَا صَلَيْتَ عَلَى آلِ ِإْبرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمّدِ وَعَلَى آلِ مُحَمّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فَِي الْعَالَمِيْنَ إِنّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، أَمّا بَعْدُ:

Maasyiral muslimin rahimakumullah…
3) Manusia “Baling-baling”
Golongan (macam) ketiga dapat dinamakan “manusia baling-baling” sebab sikap hidup dan pendiriannya adalah laksana baling-baling yang terpancang diatas bukit, yang bertiup menurut arah angin berhembus.
Orang-orang yang demikian, apabila mendapat nikmat, sikapnya gembira dan melonjak-lonjak, dan umumnya lupa daratan. Tetapi, jika ditimpa malapetaka, mereka menggerutu, bahkan kadang-kadang sikap dan pendiriannya berputar 180 derajat. Tuhan melukiskan dalam Al qur’an tentang manusia yang demikian :
Artinya : “Setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (kepada mereka dikatakan), “Rasailah azab yang membakar ini”. (Al Hajj 22 : 11)

Sikap hidup dan pendirian yang demikian adalah karena iman yang tipis, tauhid belum kuat dan mendalam. Apabila iman dan tauhid sudah teguh, maka keadaannya seperti dilukiskan dalam Al Qur’an sendiri- tak ubahnya laksana pohon besar, daunnya rindang, buahnya lebat, akarnya tertancap ke dalam bumi.
Bukan saja pohon yang demikian dijadikan tempat berlindung diwaktu panas terik, tapi juga memberikan manfa’at kepada makhluq yang lain. Bahkan yang terpenting, mempunyai pendirian yang teguh, tidak roboh dan tumbang walaupun dipukul oleh angin taufan.
Sudah menjadi tabi’at dan watak sebagian manusia bersikap positif waktu mendapat kesenangan, kelapangan, nikmat dan bersikap negatif tatkala mendapat ujian atau ditimpa kesusahan. Hal inilah yang dilukiskan oleh Tuhan dalam Al Qur’an : (QS. Al-Fajr 89 : 15-16)

Artinya : “ 15. Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka dia berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. 16. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”[1575].

[1575] Maksudnya: ialah Allah menyalahkan orang-orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti yang tersebut pada ayat 15 dan 16. tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Tuhan bagi hamba-hamba-Nya.

Bagi manusia yang demikian, ukuran yang dipakainya ialah materialistis / nilai-nilai lahiriah, soal kebendaan (materi). Yang nampak baginya ialah benda-benda yang mengambang di permukaan air, sedang benda-benda yang berharga di dalam air tidak kelihatan sama sekali.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Marilah kita berdoa, memohon kepada Allah Swt. :
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى
سَيْدِنَا مُحَمَّدٍ وَّعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمِعِيْنَ

 Ya Allah peliharakan iman kami dan berikan kepada kami kesempatan merasakan manisnya iman dalam kehidupan ini yaitu dalam meneladani seluruh sunnah Rasulullah saw. dalam setiap langkah kehidupan kami dengan sebaik-baiknya, sebelum Engkau panggil kami untuk menghadap-MU.
 Ya Allah peliharakan hati dan pendengaran kami agar tidak terpedaya dari tipu daya syaithan yang merusak amal ibadah yang telah dan akan kami lakukan.
 Ya Allah jadikanlah kami hamba-Mu yang pandai bersyukur, yang dengan syukur itu Engkau tambah-tambah nikmat-Mu. Hindarkan kami dari sifat kufur, agar kami terhindar dari siksa Mu yang amat pedih.

 اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ
 Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan.
 Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan.
 Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi ampunan.
 Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat.
 Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki.
 Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir

 اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.

رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
 Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.

بَارَكَ اللهُ فِى القُرآنِ العَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَايَّاكُم بِمَا فِيهِ مِنَ الآيَاتِ والذِّكرِ الحَكِيم, اِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ العَلِيم فَاستَغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ لِيْ وَلَكُمْ اِنَّهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيْم

Assalamualaikum Wr. Wb

This entry was posted in KHUTBAH JUMAT, Uncategorized and tagged , . Bookmark the permalink.

Leave a comment